Kehidupan di 2021 kemarin rasanya seperti ombak, kadang menjadi ombak yang tenang dan tiba-tiba menjadi ombak yang dahsyat. Ya, tahun lalu ibu berpulang, ketika saya sedang berada di Yogyakarta. Sejak awal bulan September, ibu selalu bertanya " Dek kamu gak pulang ta?", Lagi-lagi jawaban saya masih sama "Belum bisa bu, karena sekarang masih ngurus admin biar bisa daftar sidang proposal Disertasi, Ibu sabar ya, setelah itu aku pasti bisa pulang lama".
Siapa yang menyangka, bahwa kepulangan saya itu sungguh dinantikan orangtua. Saya menyadari bahwa saya memang belum mempunyai anak, jadi saya tidak begitu tahu rasanya merindukan anak. Tapi terlepas dari itu, saya merasa beruntung karena kondisi saya sedang berada di Indonesia. Bagaimana jika saya sudah pergi ke negara lain, dengan aturan karantina yang berganti-berganti. Saya cukup puas dan berterima kasih pada semesta.
Kehidupan di tahun 2020 hingga 2021 ini menurut saya mengajarkan banyak hal bagi saya. Tentang hidup apa adanya, hidup mengikuti arus dan yang paling jelas adalah bahwa menjadi sehat itu murah. Ya saya 2 tahun belakangan ini tidak pernah sakit, saya cukup kaget dengan tubuh saya. Kuncinya apa ? Saya cukup rajin berolahraga, menjaga pola makanan dan tidak stress.
Saya merasa bahwa hidup yang dijalani sekarang ya cukup untuk kondisi yang sekarang. Saya cukup menikmati membuat jadwal kegiatan sendiri dan tidak perlu terpaku dengan jadwal dari orang lain. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan waktu 24 jam, termasuk tidur cukup, olahraga, nonton Netflix 2 jam dan banyak hal lain.
Sering kali teman datang dan bertanya kepada saya " Mol emang kamu lihat teman-temanmu menikah, ngurus anak, dah punya rumah, punya segalanya apa kamu gak pernah tertekan?". Saya selalu menjawab dengan sama dari dulu " Tidak, karena hidup yang saya jalani sekarang ya pilihan saya, saya senang pagi-pagi bisa yoga, lari pagi, lalu kembali ke rumah untuk membaca buku-buku, merawat 4 kura-kura, kalau ada kerjaan ya saya kerjakan, kalo tidak ya tidak, semua terlihat normal dan baik-baik saja".
Saat di Candi |
Pernah juga ada teman bertanya "Emang lo udah sukses ya Mol?", lalu saya jawab " Mari kita duduk bersama, menyamakan persepsi, sukses seperti apa yang kamu maksud dan sukses seperti apa yang ku maksud".
Sosial media secara tidak sadar, membuat beberapa orang tertekan. Tapi bagi saya ya biasa saja, itu hiburan dan ya itu adalah pilihan hidupnya. Apa saya pernah sambat ? wah ya pernah, tapi cukup jarang orang tahu kalo saya sedang sambat. Dulu saya menutup diri ketika ditanya " Lid, S3 kayaknya gampang ya, kalo tak lihat-lihat? " Ku jawab " oh ya jelas gampang".
Tapi pada suatu hari saya pernah juga ditanya "Kenapa Lid, kok lama nyusun kerangka teoritik?". Barulah saya menjawab "Pusinglah aku, kuliah dari S1 kok kayaknya pas S3 jadi ngerasa gak bisa apa-apa haha dulu pas lulus S1 kayak dah paling pinter ternyata malah kelihatan gak bisanya hahah". Tapi terlepas dari sambatan itu, saya cukup bahagia, pertanda saya masih bisa merasakan rasanya kesulitan.
Meski tahun 2021 kemarin intensitas pergi menurun, tapi saya tetap senang karena akhirnya di tahun 2021 saya bisa naik gunung. Saya tipikal orang yang senang menabung memori, rasanya foto-foto perjalanan kemarin bisa jadi kenangan memori di saat saya mulai bertambah umur. Saya berterima kasih juga pada teman-teman terdekat, kehadiran mereka selalu membuat bahagia,
Berfoto dengan latar Gunung Merapi
Semoga 2022 ini senantiasa diberi hidup cukup, sehat dan bahagia.
Wuih dalem banget. 2021 itu tahun yang be aja sih buatku. Soalnya ya gara-gara korona dadi ga iso ndelok konser dll. Apakah 2022 harus lebih baik? Gak harus. Harus lebih bersyukur yang pasti! Biar makin hepi dan lebih ihlas kalau ada kejadian yg bikin aku merasa rugi haha
BalasHapusBener mas wkwk serba terbatas ya, walo ada konser pun lakok virtual. nah kan aku jadi keinget yg pernah kamu bilang istilah " hari esok lebih baik" wkwk lah msok skrg gak baik ? ahahah. Semoga happy dan sehat
Hapus