Sarapan di Selo, Nasi Pecel Telur |
Merbabu via selo emang selo-selow sedep sih. Tapi gak perlu takut
buat yang pemula dan pengen merasakan sensasi naik gunung yang tinggi ini.
Merbabu via selo cenderung aman kok untuk pemula, akan tetapi saya menyarankan
agar menggunakan sepatu gunung atau sandal gunung. Pokoknya jangan pakai
sepatu-sepatu sneakers deh kalo gak pengen kaki kamu turun dengan terluka hiks.
Pagi jam 9-an kami berangkat dari pos pertama. Setelah membayar
retribusi lanjutlah kami berfoto-foto dulu di depan gapura Selamat Datang
Pendaki Gunung Merbabu. Medan di tahap awal ini masih lewat hutan-hutan
terbuka, bisa melihat ladang, ada ibu-ibu juga biasanya bawa kayu atau sedang
mengambil hasil panennya. Eh di persimpangan jalan kadang ada orang jualan
cilok lho haha. Jalanan relatiif menanjak, tapi gak nanjak banget sih karena
saya masih kuat bawa tas 38 liter Osprey Kestrel.
Kalau musim kemarau gini banyak sekali debu-debu. Untungnya gak
berangin sih waktu di perjalanan mau ke pos 1 ini jadi tetap aman. Tapi pastikan
saat masuk musim kemarau, bawalah masker dan kacamata agar mata terlindungi
dari pasir-pasir.
Akhirnya kami sampai di Pos 1. |
Beberapa pos yang paling mengesankan menurut saya sih pos 3. Di Pos
3 ini iman dan taqwa diuji karena ngelihat tanjakannya udah pengen balik aja
pulang ke rumah. Tapi untungnya, pas sebelum berangkat ke Sabana, kami semua
beristirahat kurang lebih 1 jam lah. Tidur-tiduran sambil makan jajan bareng
temen-temen yang lainnya. Pas kemarau gini, pos 3 ini kalo lagi kenceng angina debunya
sih banyak banget. Pas naik pun kelihat debu-debu pasir terbang-terbang,
malahan bungkus jajan atau kresek bisa sampai terbang-terbang karena anginnya
bener-bener kenceng.
Intinya setiap naik mau ke Sabana 1 ini pastikan gak perlu
lihat-lihat ke atas lagi, dinikmati aja kalo memang tinggi dan licin karena
berpasir. Ini alasannya mengapa saya menyarankan agar gunakan sepatu gunung
atau sandal gunung saja, karena kalau sepatu biasa atau sandal biasa tentu alas
bawahnya tidak bergerigi gitu, cenderung rata dan itu justru bikin licin.
Di beberapa tikungan pas menuju Sabana 1 ini bener-bener isinya
pasir banget dan untuk menapak jalanannya pun kadang sulit. Jadi musti
berhati-hati ya.
Paling bahagia pas sudah tiba di Sabana 1. Kami tiba di Sabana 1
jam set 5 sore. Awalnya saya mengira kami akan mendirikan tenda di Sabana 1,
ternyata tidak dong. Semua sepakat untuk bergegas jalan dan mendirikan tenda di
Sabana 2.
Lihat jalanan menanjak lagi, kok rasanya mulai loyo yah. Etapi pas
mau sunset di Sabana 1 ini pemandangannya bagus banget. Kerasa indahnya
pemandangan ketinggian di Merbabu ini. Disambut lihat juga gunung Merapi yang
mulai ketutup awal. Untungnya sore itu angina gak lagi kencang-kencangnya. Saya
sempet duduk dan foto-foto kok beberapa kali.
Dikit demi dikit tanjakan mulai habis, akhirnya tiba lah di Sabana
2. Oiya apabila ingin ke Merbabu via selo pastikan membawa persediaan air yang
cukup ya, karena di sini gak ada sumber air dan kalau lagi kemarau pasti
tenggorokan ini rasanya kering banget.
Sabana 2 waktu itu sepi pengunjung, hanya ada 2 rombongan saja
termasuk rombongan kami. Kami bergegas menyiapkan peralatan untuk mendirikan
tenda sekaligus bersiap masak untuk makan malam. Kalau lagi musim kemarau gini,
suhu udara di gunung tentunya makin dingin sih semakin malam dan anginnya juga
pas jam 11 malam hingga jam 2 relatif agak kencang. Usahakan bawa baju
hangat-hangat sesuai dengan yang dibutuhkan, bawa jaket yang tahan angina juga
dan jangan lupa sih bawa lotion atau lip balm agar kulit dan bibir gak kering
pecah-pecah.
Malam harinya, beberapa dari kami banyak yang keluar untuk ambil
gambar milkyway, etapi saya memilih tidur sih. Karena sudah keburu capek dan ingin
segera tidur nyenyak saja.
Saat matahari akan terbit, tampak lautan awan. |
Pagi setelah subuhan, saya keluar tenda bersama yang lainnya.
Enaknya pas musim kemarau gini, pemandangan di Merbabu bagus sekali dan gak
mendung sih. Saya melihat lautan awan di ketinggian indah sekali. Meski angina bertiup
kencang, untungnya di tempat saya
melihat awan ini gak begitu berpasir, jadi aman lah dan gak perlu kelilipan
debu.
Matahari makin lama makin naik ke atas dan kondisi lagi cerah
sekali. Saya melihat gagahnya Merapi dari Merbabu sabana 2 ini. Setelah
memotret beberapa pemandangan akhirnya kami berfoto dengan latar Merapi di
belakangnya.
Tentu ke menjejak ke Merbabu ini perlu dicoba, meski angina kencang,
cerah dan banyak sekali pasirnya tapi saya lebih menyarankan untuk ke Merbabu
saat musim kemarau sih dibanding pada saat musim hujan.
Intinya persiapkan barang bawaan dengan baik dan selengkap mungkin
demi keselamatan.
Buat yang berangkat dari Yogyakarta dan bingung mau naik apa untuk sampai ke sana. Kalian bisa menyewa mobil langganan kami ini sih. Hubungi Pak Ambon : 0858-6543-5969.
Buat yang berangkat dari Yogyakarta dan bingung mau naik apa untuk sampai ke sana. Kalian bisa menyewa mobil langganan kami ini sih. Hubungi Pak Ambon : 0858-6543-5969.
Ada pak penjual cilok itu epic banget :D
BalasHapusOh iya, untuk foto bercaption "Sabana 1 dan beberapa tenda" itu masih di Pos 3 :)
Jadi kangen Merbabu. Belum keturutan trip 3D2N lintas jalur Suwanting-Selo hahaha.
ayo mas berangkat maneh merayakan kelulusan Jun wkwkw
HapusArtikelnya bagus mas, rekomendasi objek haiking buat pemula dong,.
BalasHapusterima kasih mas, sudah mampir.
Hapus