Mungkin
ini adalah tulisan pertama saya yang niat di tahun 2019. Awal-awal tahun 2019
ya saya menulis, tapi tidak dengan hati yang riang gembira. Di tulisan kali ini
saya akan berbagi kisah alias curhat tentang fase yang sedang saya alami,
apakah kalian pernah merasakan ini ?
Mari
kita mulai . . .
Saya
sedang merasakan fase tidak mencintai diri saya sendiri secara sepenuhnya.
Harusnya hari-hari hidup saya, ya saya isi dengan hal-hal yang saya sukai. Tapi
tidak dengan yang sekarang. Apa yang saya lakukan sekarang, saya rasa masih belum butuh-butuh amat.
Padahal
ada pepatah yang mengatakan “ hidup hanya sekali, maka lakukan lah hal yang
paling kamu cintai ”.
Semoga kalian tidak ya :p
Kadang,
tiba-tiba saja saya mulai pesimis, takut akan masa depan dan beberapa hal kecil
lainnya. Sebagai contoh “ takut besok pesta perkawinan saya tidak semeriah teman saya yang mengundang hampir 1500 orang’’. Aneh sih, kalau sudah di tahap
ini. Belum lagi, ketakutan “ tidak lulus S2 seperti sepupu saya yang sudah
empat tahun” dan beragam ketakutan lainnya.
Entah
ya, apakah ini yang dinamakan penyakit takut usia 25 tahunan haha. Jujur, saat
S1 saya hampir tidak pernah memiliki ketakutan tersebut. Saya ya jalan saja,
apa kata orang. Tapi, makin ke sini terkadang saya susah memilah obrolan orang.
Obrolan mana yang sebaiknya saya simpan atau saya keluarkan saja.
Saya
sempat kaget, ketika ada seseorang menegur dan berkata “ hidup mu bukan untuk
diri sendiri, kamu makhluk sosial ‘’. Seketika malam itu saya bubar, lantas
memikirkan tentang “ Bagaimana kalau saya menikah dan hanya mengundang teman
terdekat saja yang secuprit itu, tapi intim dan lega tanpa bridesmaid ? dan
neko-neko lainnya, atau Bagaimana kalau saya menikah di usia yang lebih lama
dari mayoritas keluarga saya ? atau Bagaimana kalau pekerjaan saya tidak sesuai
yang diharapkan oleh orang tua ? dan bagaimana lainnya”.
Sungguh aneh . . .
Semenjak
kejadian tersebut. Saya lebih sering bengong dan diam. Terkadang pun ketika
diajak ngobrol oleh Jun, saya hanya menganggukkan kepala. Karena isi kepala
saya terlalu banyak hal yang gak penting untuk dipikirkan. Jun pun sering nyeletuk " kamu itu gak bisa dengan hal seperti ini, kamu harus pergi, lakukan hobi mu itu "
Saya
yakin, kalau saat ini saya tidak mencintai diri sepenuh hati.
Ternyata
tidak mencintai diri sepenuh hati ini, juga berpengaruh pada hormon tubuh
saya. Saya yang mulanya jarang sekali jerawatan. Sekarang, jadi mudah terkena jerawat. Saya
pun akhirnya pusing sendiri dengan diri ini. Kok bisa gitu.
Tidak
mencintai diri ini, juga dilanjut dengan pengaruh suka makan dan jajan. Jujur,
saya tipikal anak yang tidak terlalu suka makan dan jajan. Sejak kecil pun,
ketika akan berangkat ke sekolah. Bapak selalu memaksa saya untuk makan
terlebih dahulu. Tapi, karena saya anaknya malas. Akhirnya nasi yang telah
disiapkan oleh bapak, saya suapkan ke adik saya huheheh ..
Sejak
kecil saya lebih suka melakukan perjalanan. Saya teringat waktu kecil, bapak
sering mengajak saya untuk pergi ke jembatan penyebrangan hanya untuk melihat
truk atau mobil lewat. Kakek pun juga sering mengajak saya keliling kota Madiun
dengan motor orange kantor pos sambil membawa kamera analognya.
Kebiasaan-kebiasaan
itulah yang akhirnya membuat diri saya mencintai perjalanan. Tapi, karena saya
sedang di fase tidak mencintai diri sendiri, ya akhirnya saya suka beli-beli
jajan dan melupakan kesenangan tersebut. Mau beli tiket untuk pergi jauh ya
ragu-ragu, sudah booking pun ya saya biarkan saja tanpa saya bayar karena ragu.
Malam
ini, saat menulis ini saya agak tersadar. Mulai hari ini saya harus mencintai diri
saya sepenuhnya dan ikhlas se-ikhlasnya. Saya harus sayang pada diri ini dan
tidak memberikan aneka pekerjaan yang memang tidak saya sukai maupun cintai.
Tapi
Lid, melakukan pekerjaan kan memang ada suka dan tidak sukanya ?
Jadi
begini. Saya pernah bilang ke bapak gini “ Pak, aku ini nanti lulus bakal kerja
apa ya ? kok ya temenku susah semua cari kerja”. Bapak dengan entengnya
menjawab “ Kerja itu gampang dek, yang susah itu kuliah ‘’. Saya gak tahu, obrolan bapak itu guyon, serius atau hanya menenangkan. Semenjak kejadian itu, bapak selalu bilang ke saya “ Dek, semua itu
dikerjakan gapapa asalkan senang. Daripada kepikiran lalu sakit jantung ?
Seperti ayah ini, meski banyak jatuhnya ya tetap optimis, kita gak perlu
takut karena Tuhan pasti kasih makan, beberapa pekerjaan tentu ada senang dan
tidaknya. Tapi, setidaknya kita bisa meminimalisir hal yang tidak kita
sukai dengan lebih berhati-hati ”.
Cerita
lainnya.
Jadi
begini. Pada suatu hari, saya pernah duduk di depan TV. Saya mengamati Yangkung (kakek)
saya yang sedang menyiapkan baju untuk siaran di RRI. Saya pun bilang “ loh
kung, kan hujan angin, di telfon aja ijin gak usah siaran”. Yangkung pun
menjawab “ enggak yah (dyah-lidia), kan
yangkung punya jas hujan gak masalah lah, kalo sudah suka ya semua dilakukan dengan hati senang”. Saya pun
hanya duduk sambil menggelengkan kepala dan menitip pesan agar nama saya
dipanggil saat siaran.
Saya
percaya, bahwa mencintai diri sendiri dan semua yang dilakukan untuk diri ini
memang perlu adanya. Jangan lah terlalu bawa arus dengan obrolan orang yang terkadang
tidak selayaknya untuk diikuti dan dilanjutkan.
Kunci hidup bahagia emang mencintai diri sendiri dulu kali yak ?
Berati
pepatah “ Ikuti kata hati mu “ betul adanya dong ?
Apakah
kalian pernah di fase ini ? kira-kira obatnya kalian apa ?
Hai Dek. Kamu harus melatih kepercayaan diri dengan tidak mendengarkan apa kata orang lain dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang sebetulnya itu tidak penting.
BalasHapusKamu harus menjadi lebih egois. Kamu harus lebih mementingkan diri kamu sendiri daripada orang lain termasuk orang-orang terdekatmu seperti Bapak, Yangkung, dan Jun.
Haha iya siapp. Terima kasih atas sarannya :D
HapusYass sepakat bgt, harus mencintai diri sendiri dulu, harus berterimakasih sm diri sendiri.. Kl aku sendiri caranya macem2, kadang cuma duduk anteng liatin langit sore, kadang duduk anteng di atas pasir pantai, atau kadang harus melakukan perjalanan sendirian, menengok diri sendiri, pulang ke diri sendiri. Semangat trus mbak Lid...
BalasHapusNah iya aku kdg suka receh gt sih mendadak mantai ke Parangtritis. Wah iyaa semangat, makasi Mba ella :D
HapusAku dulu mulai fase kek gini saat kuliah, saat bener-bener down dan merasa bodoh. Sampai pada akhirnya saya jadi manusia sambat wkwkwkwk
BalasHapusTapi Alhamdulillah, semenjak lulus udah mulai mikir dewasa dan belajar fokus meskipun kadang ada rasa takut "aduh 3 tahun lagi mau jadi apa?" "Umur 30 mau ngapain lagi?" "Aduh kalah start sama temen dalam kerjaan dll".
Semangat semangat, pas lihat sambatan orang lain gini pasti you bakal merasa beruntung wkwkwk
wkwkwk bukannya dirmu suka sambat ya dud hahah.
HapusHeh iya lho aku juga kdg suka gt kalo pas ngelamun, ngelamun wkwkw.
Nah iyo kuncine siih bersyukur haha
thanks for sharing,.
BalasHapussama-sama yaa
Hapus