Lembah kidang, Gn Arjuno mesraberkelana.com |
Hallo, setelah sekian lama hanya menjadi tukang foto di blog ini, saya akhirnya memberanikan diri untuk menulis sebuah informasi yang mungkin bermanfaat. Sebenarnya informasi ini sudah banyak yang bias dicari di internet, namun infromasi yang akan saya berikan lebih mengarah ke pengalaman pribadi saya selama melakukan pendakian gunung.
Berawal
dari keprihatinan saya terhadap dunia pendakian saat ini, karena mulai banyak
para pendaki yang mencoba aktifitas pendakian tanpa mempertimbangan “safety”
dan mendaki secara asal-asalan. Keprihatinan saya bertambah ketika mendengar
banyaknya informasi tentang pendaki yang meninggal selama pendakian. Bulan lalu
saja, ada 2 kasus kematian dalam kurun waktu satu minggu di gunung Semeru,
sedangkan bulan ini sudah ada satu kasus kematian di gunung Rinjani dan satu
kasus kematian di gunung Ijen.
Jadi
untuk terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka saya berinisiatif
untuk berbagi informasi berdasarkan pengalam pribadi. Karena saya sadar,
sekedar modal nekat saja tidak akan menyelamatkanmu dari marabahaya.
Langsung saja:
Langsung saja:
1. Persiapan mental
Yang
paling penting dan utama dalam melakukan pendakian adalah kekuatan mental.
Mental ini penting supaya kita selalu tenang dalam menghadapi setiap masalah
yang tak terduga selama di gunung, karena percayalah “KETENANGAN ADALAH KUNCI
PERTAMA MENUJU KESELAMATAN”. Semakin kuat mental seseorang maka dia akan
semakin tenang dalam menghadapi setiap hal tak terduga, jika kita tenang,
pikiran kita akan mengalir jernih tanpa ada hambatan, dengan pikiran yang
jernih maka akan sangat mudah untuk mencari solusi ketika ada masalah, ketika
solusi sudah ada, maka keselamatan pun dapat dicapai dengan mudah. Coba
bayangkan jika kita panik, jangankan berpikir jernih, berpikir biasa saja
mungkin tidak akan sempat.
Lalu
bagaimana membangun mental yang bagus selama pendakian? Yang pertama, ikutilah
pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh organisasi pecinta alam, selama
saya mengikuti pendidikan organisasi pecinta alam ini pada saat SMA dulu, kita
dipaksa untuk mencapai batas kemampuan yang dimiliki oleh mental kita dengan
cara melakukan aktifitas fisik (kebanyakan sit up dan push up) sampai ambang
batas kemampuan fisik kita, tujuannya dalah agar mental kita bisa menyesuaikan
dengan kekuatan fisik kita, karena kalau fisiknya masih kuat sedangkan
mentalnya lemah, maka fisik yang kuat tidak akan berguna, bahkan orang sekuat
Mad Dog pun tidak akan kuat mendaki jika fisiknya tidak didukung oleh mental
yang kuat. Jadi mental yang bagus adalah mental yang dibangun oleh
paksaan-paksaan sampai menyamai kekuatan fisik.
Nah
masalahnya,banyak pendaki-pendaki jaman sekarang yang belum pernah mengikuti
pendidikan organisasi pecinta alam, jadi gimana dong cara menguatkan mentalnya?
Berdasarkan pengalaman saya, caranya adalah tanamkan “keinginan yang kuat” di
dalam diri, keinginan yang kuat ini bukan dalam arti keinginan untuk menggapai
puncak, tapi keinginan untuk kembali pulang dengan selamat, misalnya dalam
kondisi tersesat, maka hanya keinginan untuk pulang ke rumahlah yang akan
menguatkan mental kita untuk terus berjuang. Namun, kesalahan pendaki pemula
dalam hal menanamkan keinginan ini adalah sebagian besar dari mereka menanamkan
keinginan untuk menginjakkan kaki di puncak gunung, padahal tujuan akhir sebuah
pendakian bukanlah puncak, melainkan pulang dengan selamat.
Jadi,
selamat mengasah mental!!
2.Persiapan fisik
Persiapkan fisikmu, tujuan pendakian adalah kembali kerumah dengan selamat -mesraberkelana.com |
2.Persiapan fisik
Selain
mental, kekuatan fisik juga sangat menentukan selama kita melakukan pendakian,
mau tidak mau, kita harus melatih fisik kita agar mampu menjalani kegiatan
pendakian yang pastinya 90% merupakan aktifitas fisik. Untuk melatih fisik,
biasanya saya melakukan olahraga lari, naik turun tangga (apaan ya namanya,
lupa hahha), sit up, dan push up.
Sebelum
melakukan pendakian pertama kali, dulu saya melakukan olahraga lari setiap hari
selama sebulan penuh (kecuali hari sabtu dan minggu) dengan porsi 50 kali
keliling lapangan futsal. Sedangkan untuk naik turun tangga biasanya dilakukan
setelah istirahat lari dan dengan porsi yang tidak jelas, karena naik turun tangga
biasanya dilakukan sampai kita tidak mampu lagi untuk naik tangga. Setelah naik
turun tangga, istirahat sekitar 30 menit, lalu melakukan sit up sebanyak 15 kal
dan push up sebanyak 15 kali, ini bertujuan untuk menguatkan perut dan pundak
agar kuat menahan beban berat tas keril selama berjam-jam. Semua olahraga itu
dilakukan setiap hari kecuali sabtu dan minggu selama satu bulan penuh. Lalu
sisakan waktu selama satu minggu sebelum pendakian untuk istirahat.
Nah
ini juga penting nih, karena lucu dong kalo mental dan fisiknya udah kuat tapi
gak bawa bekal. Untuk perbekalan ini yang terpenting adalah peralatan pribadi,
makanan, dan survival kit.
Peralatan:
a.Alat
mandi (sabun, shampo, sikat gigi, dan odol) tapi dari itu semua yang biasanya
saya pakai Cuma sikat gigi dan odol, soalnya gak pernah mandi kalo di gunung
hahaha
b.Makanan,
usahakan yang mengandung karbohidrat ya biar tenaganya ada terus, bisa nasi,
sagu, roti, dan mie instan. Saya tidak terlalu menyarankan mie instan, tapi
lebih menyarankan untuk membawa nasi, roti, dan telur, jangan lupa bawa
rempah-rampah juga biar masaknya enak di gunung.
c. Minuman,
apalagi kalau bukan air putih, bisa juga kopi beserta alat seduhnya.
d.Tenda,
ini penting, tapi biasanya ini masuk ke peralatan kelompok, kecuali kamu
mendaki sendirian.
e.Alas
kaki, saya sangan menyarankan sepatu dengan model middle cut, dan usahakan
waterproof, lalu pilih ukuran yang lebih besar satu nomor dari ukuran aslimu,
ini bertujuan untuk menghindari luka lecet akibat gesekan yang berlebihan pada
saat berjalan.
f. Sleeping
bag, untuk kenyamanan dan kehangatan saat tidur.
g.Tas
keril, pilihlah tas keril yang menggunakan teknologi backsystem yang bagus,
torso yang pas, dan kaapasitas yang sesuai agar pendakian terasa nyaman, gak
mungkin dong mendaki 1 hari ke gunung Penanggungan tapi bawa keril 80 liter
-_-
4. Tips dan trik
Untuk
tips dan trik ini saya lebih menekankan kepada ketika kita menghadapi kondisi
tersesat baik itu menghindari kondisi tersebut ataupun cara keluar dari kondisi
tersebut, namun karena saya tidak pernah dan tidak mau tersesat, maka tips dan
triknya sesuai yang saya pelajari selama saya mengikuti pendidikan pada saat
SMA dulu.
Yang
pertama, untuk menghindarkan diri dari ketersesatan di gunung, usahakan jangan
memotong jalur atau membuat jalur baru, tetaplah mengikuti jalur yang ada.
Kemudian untuk keluar dari kondisi tersesat, yang kita terapkan adalah S.T.O.P,
yaitu:
a.S:
Sit, duduklah, tenangkan dirimu, normalkan pikiran.
b.T:
Thinking, berpikirlah kenapa kamu sampai kehilangan jalur, berpikirlah juga
bagaimana caranya untuk kembali ke jalur yang benar.
c.O:
Observation, maksudnya dari titik tersesat kita harus mencari jalan lain yang
paling bisa dan memungkinkan untuk dilewati
d.P:
Planning, merencanakan cara keluarmu, cara keluar yang paling disarankan adalah
cari titik tertinggi yang paling dekat, dari tempat tertinggi itu pandangan
akan jauh dan luas, jadi akan terlihat untuk selanjutnya akan turun lewat mana.
5.
Hambatan yang
dihadapi
Hambatan
yang dihadapi pada pendakian pertama yang paling umum terjadi adalah mountain
sickness, ini karena tubuh terlalu kaget dengan aktivitas yang dilakukan (ya
namanya juga pertama kali). Salah satu masalah mountain sickness yang paling
sering dihadapi adalah tubuh terasa lemas dan suhu tubuh menurun, ini adalah
gejala awal Hypothermia, hal ini diakibatkan karena tubuh terlalu kaget dan
tidak dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan yang dingin, umumnya terjadi
pada tubuh orang-orang yang berasal dari tempat panas seperti Surabaya dan Jakarta.
Nah untuk menghindari hal tersebut adalah dengan melakukan Aklimatisasi atau
membuat tubuh terbiasa dengan suhu gunung yang akan didaki, tipsnya gampang,
sebelum mendaki usahakan menginap selama sehari semalam dulu di pos pendakian,
karena perubahan cuaca di kaki gunung tidak terlalu ekstrim seperti di lereng
atau puncak gunung.
Akhir
kata, saya mohon ketika temen-temen membaca tulisan saya, jangan merasa digurui
atau semacamnya, atau apabila ada kata-kata dari saya yang salah saya mohon
dikoreksi atau berikan kritik dan saran di kolom komentar, atau istilah
kerennya CMIIW (Correct Me If I Wrong). Karena saya hanya berniat untuk berbagi
informasi berdasarkan pengalaman pribadi. Saya sangat berharap ada dari kalian
yang bisa menambahkan informasi tambahan mengenai aktivitas pendakian pertama,
agar kita bisa sama-sama belajar. Karena menurut saya, belajar yang paling baik
adalah saling berbagi pengalaman.
Waktu mau naik gunung dua tahun lalu, aku cukup terbantu dengan rutinitas bersepeda tiap hari. Jadi yang kupersiapkan waktu itu memastikan teman paham medan, pengalaman mendaki, dan menggunakan peralatan yang lengkap. Kadang orang-orang yang mendaki tidak mempersiapkan fisiknya, jadi asal aja yang penting bisa mendaki.
BalasHapusNah ini saran tambahan, bias bersepeda membuat kaki terbiasa dengan aktifitas fisik berat, dan paham medan juga sangat penting, sebagai persiapan untuk menghadapi hal-hal yg tak terduga.
HapusYap!persiapan fisik terkadang diabaikan oleh pendaki, bahkan persyaratan surat keterangan sehat pun kerap dipalsukan, di pikiran mereka "yang penting ndaki dan muncak"
-Jun
makasih untuk tipsnya :D
BalasHapusaku udah lama ga naik gunung, tapi masih sering joging untuk menjaga stamina. jadi kalo tiba2 diajak naik gunung, fisik udah siap. hehehhee
oyaa, jangan lupa kenali batas kemampuan sendiri dan mengetahui teman2 dalam pendakian :D
Yuk lah sini ke jatim biar saya temenin nanjak lagi mas hahaha
HapusSatu lagi nih tips keren, kenali batas kemampuan sendiri, karena terkadang banyak pendaki yang memaksakan fisiknya hanya untuk menggapai puncak gunung, akhirnya tubuh pun mengalami masalah, kalau sudah begini ya harus ditandu...
Nanti saya tambahkan di tulisan, terima kasih sudah berbagi mas
- Jun
Tips menarik jun!
BalasHapusSatu lagi sebagai tambahan, mungkin riset tentang kondisi, sifat, dan jalur gunung yang ingin kita daki juga sangat penting untuk kita ketahui.
Siiiippp! Mengenali gunung dan medan yang akan dihadapi, sekaligus testimoni2 para pendaki yang pernah kesana
Hapus- Jun
Persiapan Fisik.... Sangat sangat penting yah. Beberapa bulan lalu karena fisik yg kurang fit jadinya saya lemes dan hampir nyerah di tengah trek, hihi
BalasHapusHahahaha latihan fisik sangat penting untuk persiapan mas. Tapi kalo udah terlanjur gak kuat ya gpp, lain kali kan bisa kesana lagi, tak kan lari gunung dikejar wkakakaka 😂
Hapusdi Wanadri ada tuh sekolah pendaki gunung.
BalasHapussalam kenal dan terima kasih
Wah iya mas. Salam kenal juga
HapusMembaca panduan pendakian gunung yang ditulis dari orang yang punya pengalaman di kepecintaalaman itu memang berasa lebih menggigit, ngena, dan nyantol karena pasti punya pengalaman untuk dibagikan.
BalasHapusFoto-foto yang dimasukkan ke dalam tulisan ini pas banget dengan tema, karena kita tahu gunung dalam foto tersebut punya reputasi yang cukup bikin dengkul lemas hahaha. Apalagi dua foto pertama, udah cukup menguji mental :D
Good job, Jun! Nulis-nulislah yang banyak, gantian sama si Lidia :D
Wkakakaka jalur makadam tretes :D
HapusSiap mas, kalo apresiasinya bagus gini bakalan giat nulis hahahaha
persiapan ijin juga mas, takutnya sudah siap berangkat, tetiba sama ortu gak boleh...ahahha
BalasHapuskadang gitu mas, anehnya ya, merasa persiapan sudah matang, namun apa dikata, kekuatan manusia sama alam emang gak bisa dibandingin.
contohnya sudah persiapan buat nonton matahari tersebit, eh dingin...lebih milih sleepingbag yang hangat saja...awakwak